Korea Selatan (Korsel) hanya membutuhkan waktu 14 jam untuk menyelamatkan kapal kargo Hanjin Tianjin dan semua 20 awaknya - enam warga Indonesia - dari serangan kelompok perompak di laut Somalia, Kamis 21 April 2011.
Sigapnya antisipasi para awak kapal pun membuat perompak frustrasi sehingga mereka gagal membajak kapal dan melakukan penyanderaan.
Harian Chosun Ilbo, bersumber dari pejabat Kementrian Luar Negeri, mengungkapkan bahwa pasukan komando dari Angkatan Laut Korsel tiba di kapal Hanjin Tianjin pada Kamis pukul 19.30 waktu Korea, atau sekitar 14 jam setelah awak kapal melaporkan serangan perompak. Kapal itu tengah melintasi perairan dekat Somalia setelah lepas sauh dari Gibraltar, Spanyol, menuju Singapura.
Kementrian Urusan Tanah, Transportasi dan Maritim Korsel menerima sinyal darurat dari kapal pada pukul 5.15 dan 7 pagi kemudian menginstruksikan kapal destroyer Choi Young untuk mendekati Hanjin Tianjin. Kedua kapal saat itu berjarak 540 km.
Komandan kapal destroyer itu langsung menyiapkan tim pasukan dari unit Cheonghae, yang khusus melakukan operasi penyelamatan sandera dan krisis pembajakan kapal.
Tiba dari kapal destroyer Choi Young, pasukan komando melihat tidak ada satu pun orang yang berada di geladak kapal Hanjin. Kemungkinan besar, para perompak sudah melarikan diri begitu mereka tidak bisa menguasai kapal. Pasalnya, sebelum menyelamatkan diri ke ruang khusus, para awak sudah mematikan mesin kapal begitu menyaksikan kedatangan perompak dari kejauhan.
Pasukan komando hanya menemukan tiga peluru yang ditembakkan dari senapan serbu AK-47 milik perompak. Jejak-jejak kaki mereka juga terlihat di anjungan kapal yang membawa banyak kontainer itu.
Satu peluru perompak ditemukan bersarang di pintu salah satu kompartemen. Tampaknya, para perompak frustrasi tidak bisa menemukan para awak kapal, yang kemungkinan akan mereka jadikan sandera untuk ditebus dengan uang.
Semua awak sigap menerapkan prosedur darurat. Mereka langsung bersembunyi begitu mendengar bunyi tembakan dari perompak dan menunggu operasi penyelamatan dari pasukan khusus Korsel. Mereka lari ke suatu ruang aman, yang didesain khusus bila mereka diserang bajak laut agar tidak menjadi sandera.
Tidak mudah untuk menemukan ruang khusus itu. Pasalnya, kapal Hanjin Tianjin memiliki 72 kompartemen, sehingga memakan waktu lama bila memeriksa satu per satu.
"Karena para awak sudah mengunci diri di ruang aman dan melakukan panggilan darurat, kami menduga bahwa pembajakan berhasil digagalkan," kata pejabat militer Korsel, Brigadir Jenderal Kim Woon-yong, seperti dikutip kantor berita Yonhap.
Pemerintah Korsel mendapat informasi dari kapal perang Turki yang berada di dekat lokasi pembajakan bahwa sudah tidak ada kapal perompak yang berada di dekat Hanjin Tianjin. Namun, militer Korsel mengirim helikopter Lynx untuk memastikan tidak ada perompak yang bersembunyi di kapal. Kapal perang Turki itu diakui sangat membantu memberi perkembangan informasi kepada pasukan khusus Korsel sebelum mereka bertindak.
"Kami akan berupaya sebaik mungkin untuk meningkatkan keamanan maritim dan perdamaian interasional di wilayah itu," kata juru bicara militer Korsel, Kolonel Lee Bung-woo, yang dikutip harian The Korea Herald.
Menurut perusahaan pemilik Hanjin Tianjin, kapal itu membawa 20 awak, 14 berasal dari Korsel dan enam dari Indonesia. Mereka lalu dibawa ke zona aman dan dalam keadaan baik.
Ini merupakan kali kedua pasukan komando Korsel melakukan operasi penyelamatan sandera dalam beberapa bulan terakhir. Pada Januari lalu, pasukan komando Korsel sukses melakukan operasi penyelamatan atas kapal Samho Jewelry dan para awak yang disandera perompak di perairan dekat Somalia. Saat itu, delapan perompak tewas dan lima teman mereka ditangkap. Semua awak kapal selamat.
vivanews.com
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bahasa yang baik dan sopan.