Rabu, 01 Juni 2011

Google Pantau Demam Berdarah di Indonesia

Bagikan ke Teman:
Hari ini Google mengumumkan bahwa Google Dengue Trends, alat pengawasan untuk penyakit tropik yang disebabkan virus dengue, telah diluncurkan dalam 38 bahasa dan 5 negara, termasuk Indonesia.


Google Dengue Trends menyediakan perkiraan hampir mendekati real-time mengenai aktivitas demam berdarah dengue (DBD) dengan melacak popularitas kata pencarian Google tertentu, sehingga membantu para pejabat publik dan kesehatan untuk bersiap menghadapi wabah DBD.

Layanan baru Google ini sendiri bisa diakses dari www.google.org/denguetrends.

Seperti diketahui, Dengue adalah virus yang menyebar melalui gigitan nyamuk yang menimbulkan gejala-gejala seperti deman tinggi, pusing parah, bercak-bercak pada kulit dan pendarahan ringan. Virus ini menjangkiti lebih dari 100 juta orang di dunia setiap tahunnya.

Menurut Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (Dir P2B2), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun 2010 lalu Indonesia memiliki kasus DBD tertinggi di ASEAN dengan 150.000 kasus dan 1.317 orang meninggal akibat penyakit ini.

Sejauh ini tidak ada vaksin atau obat-obatan khusus untuk DBD sehingga upaya kesehatan masyarakat terutama difokuskan untuk membantu masyarakat mengambil langkah-langkah pencegahan agar tidak terinfeksi oleh penyakit ini.

Biasanya perlu waktu untuk mengumpulkan, menganalisa dan memberikan informasi mengenai kasus DBD kepada masyarakat melalui sumber-sumber informasi kesehatan dari berbagai institusi. Dengan Google Dengue Trends, masyarakat Indonesia dapat online kapan saja untuk melacak aktivitas DBD terbaru di Indonesia. Karena diperbarui setiap hari, Google Dengue Trends memberikan indikator awal mengenai aktivitas DBD, bahkan sebelum pengumuman resmi disampaikan.

Google Dengue Trends menggunakan metodologi yang sama dengan Google Flu Trends, alat pengawasan lain yang menggunakan gabungan data pencarian Google untuk memperkirakan aktivitas flu diseluruh dunia. Setiap minggu, jutaan pengguna di seluruh dunia melakukan pencarian online untuk memperoleh informasi kesehatan dan Google telah menemukan hubungan erat antara jumlah orang yang melakukan pencarian topik-topik yang terkait DBD dengan jumlah orang yang benar-benar memiliki gejala DBD dengan menggunakan estimasi DBD resmi.

Meskipun tidak setiap orang yang melakukan pencarian “DBD” benar-benar sakit, dalam keterangannya, Google menyebutkan, sebuah pola akan muncul ketika semua kata-kata pencarian yang terkait DBD digabungkan.

Dengan menggunakan data penghitungan kasus DBD yang diberikan oleh berbagai Kementerian Kesehatan dan Organisasi Kesehatan Sedunia, Google dapat membuat sebuah model yang menawarkan estimasi hampir real-time dari aktivitas DBD berdasarkan kepoluleran istilah pencarian terkait DBD.

Metodologi untuk sistem ini dijabarkan dalam artikel yang diterbitkan di PLoS Neglected Tropical Diseases. Saat ini, Google Dengue Trends juga tersedia di Bolivia, Brazil, India dan Singapura.

vivanews.com

Selasa, 31 Mei 2011

Kamboja Mulai Perlawanan dengan Thailand di PBB

Bagikan ke Teman:
Kamboja memulai kasus perbatasan dengan Thailand di Pengadilan Internasional Perserikatan Bangsa Bangsa (ICJ). Kamboja memulai tuntutan dengan mendesak Thailand agar menarik pasukan dari wilayah sekitar Candi Preah Vihear yang menjadi sengketa.


"Kami akan meminta pengadilan untuk mengambil langkah terukur guna menjaga perdamaian dan mencegah terjadinya ekskalasi kekerasan di wilayah sengketa," ungkap Menteri Luar Negeri Kamboja Hor Namhong seperti dikutip AFP, Selasa (31/5/2011).

Lebih lanjut Hor Namhong bersikeras agar Thailand menarik pasukannya. "Thailand diharuskan untuk menarik pasukannya di wilayah candi (Preah Vihear)," tegas Hor Namhong di depan panel hakim yang berjumlah 16 orang di Den Haag, Belanda.

Pria yang juga menjabat Deputi Perdana Menteri Kamboja ini juga mendesak agar Thailand menghormati kedaulatan wilayah Kamboja.

Komplek candi yang dibangun pada abad-11 tersebut menjadi pusat konflik antara negara yang bertetangga ini. Pertama kalinya masalah ini dibawa ke ICJ pada tahun 1958 dan pada tahun 1962 candi berusia 800 tahun tersebut dinyatakan milik Kamboja.

Tetapi kedua negara saat ini saling memperebutkan wilayah sekitar candi yang memiliki luas 4,6 kilometer per segi. Sebelumnya kedua negara masih melakukan perundingan yang difasilitasi oleh Indonesia dalam kapasitasnya sebagai Ketua ASEAN. 
Perundingan tersebut masih menemui kebuntuan, tetapi kontak senjata mulai mereda antara kedua pasukan.

okezone.com