Sabtu, 23 April 2011

Afganistan Beres, Kini Giliran Libya

Bagikan ke Teman:
Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Menteri Pertahanan Robert Gates memutuskan untuk menyerbu Libya dengan Predator, pesawat mata-mata tak berawak yang dipersenjatai.


Pesawat itu biasa digunakan untuk "membereskan" gerilyawan Taliban atau Al Qaeda di perbatasan Pakistan dengan Afganistan. Namun sering kali pula pesawat tersebut salah sasaran hingga menewaskan warga sipil.

Gates dalam konferensi pers menyebutkan, pesawat itu akan memungkinkan serangan yang tepat sasaran terhadap pasukan Moammar Khadafy.

"Ia (Obama) telah menyetujui penggunaan Predator bersenjata," ujar Gates di Washington DC, Kamis (21/4/2011). Menurut dia, dua Predator pertama, yang membawa rudal Hellfire dan dapat tetap di udara selama 24 jam, telah menuju Libya, Kamis.

Namun, pesawat itu harus kembali karena cuaca buruk. Demikian menurut Jenderal James Cartwright, Wakil Pemimpin Kepala Staf Gabungan.

Pesawat pengintai itu akan ditempatkan di kawasan itu, tetapi akan diterbangkan khusus melalui kendali jarak jauh oleh pilot-pilot di Amerika Serikat (AS). Menurut Gates dan Cartwright, pesawat pengintai yang menuju Libya itu tidak ditarik dari Afganistan.


Gates menyatakan, Obama terus menentang pengiriman pasukan darat AS ke Libya. Katanya, tidak ada rencana mengirim pelatih AS untuk menambah pasukan NATO yang telah bekerja dengan pasukan pemberontak, atau untuk meningkatkan kehadiran AS secara substansial.

"Tidak ada ruang untuk berdiri diam dalam hal itu," Gates menambahkan. Ketika ditanya mengapa AS tidak ingin meningkatkan perannya di Libya, Gates menjawab bahwa militer AS telah berkurang sebagian.

Ia merinci, 100.000 tentara sedang di Afganistan, 50.000 tentara di Irak, dan 18.000 personel di 19 kapal yang membantu Jepang setelah gempa dan tsunami pada bulan lalu. "Tidak ada kekurangjelasan mengenai batas peran AS di sini," kata Gates.


kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bahasa yang baik dan sopan.