Jumat, 22 April 2011

Indonesia Bukan Negara Demokratis?

Bagikan ke Teman:
Sejak awal tahun ini dunia disajikan beberapa pergerakan yang seringkali berujung pada perubahan di wilayah Timur Tengah dan Afrika, di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Negara-negara ini dinilai Negara Barat hendak berjalan menuju demokrasi.


Salah satu hal menarik yang patut disimak adalah timbulnya pergerakan di Tunisia, Mesir dan kini beralih ke Libya dinilai sebagai perubahan menuju demokrasi dari negara-negara tersebut. Ketiga negara ini memiliki persamaan yakni dipimpin oleh kepala negara yang sudah berkuasa berpuluh tahun lamanya.

Kini angin perubahan sudah mulai berlangsung di Tunisia dan Mesir, namun belum terjadi di Libya yang justru terjerembab dalam perang saudara. Untuk Tunisia dan Mesir, menarik melihat banyak anggapan bahwa kedua negara ini dapat mencontoh Indonesia yang dianggap sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim menjalankan roda demokrasi.

Seth J. Frantzman peneliti dari Hebrew University di Israel memandang Indonesia belum pantas dijadikan contoh penerapan demokrasi oleh negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.   

Lewat tulisannya yang dimuat dalam Jerusalem Post (20/4/2011), Frantzman menilai Indonesia bukan negara yang mampu menerapkan demokrasi. Dirinya menilai Indonesia adalah negara dimana kebencian antara agama dan etnis tumbuh subur. 

Frantzman memandang pelarangan beredarnya pornografi merupakan salah satu bukti bahwa Indonesia dianggap bukan sebagai negara demokratis. Selain itu konflik Ahmadiyah juga dilihatnya sebagai sebuah keanehan. Dimata Frantzman, demokrasi yang baik dan benar tidak akan pernah melarang seluruh bentuk sekte keagamaan apapun.

Inilah yang dianggap pria tersebut bahwa Mesir dan Tunisia ataupun negara lain di Timur Tengah tidak pantas meniru bentuk demokrasi dari Indonesia. 
Bagi Frantzman fanatisme keagamaan yang berada di Timur Tengah dianggap tidak kondusif dengan institusi demokrasi itu sendiri. Inipula yang menjadi kekurangan Indonesia di mata Frantzman.

Sementara mengenai pergerakan yang tengah terjadi di Timur Tengah dan Afrika, Frantzman menilai Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama tidak memiliki keyakinan bahwa demokrasi akan berlangsung.

Baginya, Obama adalah orator yang ulung dan dapat meniupkan angin segar serta berbicara manis kepada tiap negara di dunia. Khusus untuk Timur Tengah, bagi Franztman yakin bahwa Obama sendiri tidak yakin akan terjadinya kedamaian dalam penerapan demokrasi di wilayah kaya minyak ini.

okezone.com

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bahasa yang baik dan sopan.