Roket Libya itu sungguh menawan. Desain aerodinamis. Mesin canggih super kuat. Sama dengan kekuatan 230 tenaga kuda. Interior dilapisi jok kulit, juga karpet super mahal. Ruangan cukup lega. Mampu membawa enam penumpang.
Roket itu memang bukan senjata tempur. Tapi sebuah mobil. Dipamerkan pertama kali tahun 1999, saat negeri gudang minyak di Afrika Utara itu memperingati 30 tahun revolusi yang meletus 1969. Ketika itu tentara muda berusia 27 tahun bernama Muammar Khadafi sukses menumbangkan kekuasaan Raja Idris.
Tiga puluh tahun memimpin negeri itu, Khadafi memamerkan mobil mewahnya. Dan dia seperti menantang dunia. Bahwa meski negeri berpenduduk 6,5 juta jiwa ini dikurung dunia dari segala sudut, ekonominya tetap mekar.
Semenjak tahun 1973, negeri itu memang diembargo Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa dengan tuduhan mendukung terorisme. Tahun 2001 Khadafi terlihat mulai patuh pada Washington dan sekutunya. Dua tahun sesudah itu, Khadafi mendukung Amerika Serikat berperang melawan terorisme.
Dia semakin dekat ke Gedung Putih setelah tahun 2003 bersedia menyerahkan simpanan senjata nuklirnya kepada Amerika Serikat. Tahun 2004 Amerika menghentikan embargo. George Walker Bush, memuji Libya sebagai negara yang patut ditiru oleh Iran dan Korea Utara.
Berpuluh tahun jadi musuh Amerika dan sekutunya, Khadafi menjaga diri pada setiap tempat dan waktu. Mobil roket yang dipamerkan itu sohor sebagai mobil paling aman di dunia.
Layaknya mobil-mobil James Bond pada sejumlah film, mobil ini dilengkapi dengan persenjataan elektronik. Bemper tahan benturan keras. Desain menyerupai roket. Itu sebabnya diberi nama The Saroukh el-Jamahiriya, yang artinya Roket Libya. Saat dibeli tahun 1999 itu, harganya diperkirakan 2 juta euro.
Dan si roket itu cuma satu dari puluhan mobil mewah milik keluarga Khadafi. Uniknya semua mobil itu diberi nama. (Lihat foto mobil-mobil itu di sini).
Sesudah sukses menghimpun kekuasaan, Khadafi memang gemar menghimpun harta. Selain mobil-mobil mewah itu, dia juga memiliki banyak vila mewah di sejumlah kota di negeri itu. Hampir semua vila itu berpuluh kamar, dikitari taman yang permai.
Salah satu vila yang paling sohor adalah vila yang berdiri megah di pinggiran Al –Bayda. Itu wilayah timur laut negeri Libya. Menghadap Laut Tengah, vila itu memiliki 40 kamar. Kolam renang mewah. Pohon di taman diimpor dari berbagai negara. Rumah dan vila mewah seperti itu juga bertebaran di sejumlah negara.
Pria yang dijuluki Presiden Ronald Reagan “Anjing gila’ itu memang sosok penuh antagonis. Dia menjadi pusat kekuasaan, pusat kemewahan tapi sekaligus menjadi pusat kecemasan.
Itu sebabnya, pada hampir semua rumah dan vila mewahnya dia membangun bunker. Di Al-Bayda itu, dia membangun bunker yang dirancang menghadapi serangan nuklir. Itu bunker juga mewah. Bisa bertahan hidup di situ selama beberapa bulan, meski rumah di atasnya luluh lantak.
Khadafi menghimpun kemewahan dari kekayaan minyak negeri itu. Lihatlah data riset Badan Informasi Energi Amerika Serikat, yang dikutip New York Times, berikut ini. Sepanjang 2009 produksi minyak mentah 1,8 juta barel per hari. Organisasi Pengekspor Minyak Mentah (OPEC) menggolongkan Libya sebagai produsen nomor tujuh. Libya memiliki 4,4 persen dari total cadangan minyak yang telah teruji di lingkungan OPEC.
Minyak mentah itu memikat banyak negara. Sesudah sanksi ekonomi dicabut tahun 2006, perusahaan minyak dari Amerika dan Eropa berbondong-bondong ke sana menanam uang.
Libya sangat menggantungkan pertumbuhan ekonominya dari pengolahan minyak mentah. Sebagian besar wilayahnya diliputi gurun pasir, sehingga selian minyak, nyaris tidak ada lagi yang bisa diandalkan.
Minyak mentah itulah yang membuat Libya menjadi salah satu negara terpandang di Afrika. Menurut riset dari Bank Dunia pada 2009, Libya masuk dalam kelompok "Ekonomi Berpendapatan Menengah ke Atas" karena memiliki pendapatan nasional bruto per kapita sebesar US$12.020.
Bahkan, menurut referensi dari Philips' Modern School Atlas tahun 1987, pada awal dekade 1980-an, Libya digolongkan sebagai salah satu negara termakmur. Tingkat Produk Domestik Bruto per kapitanya lebih tinggi dari sejumlah negara maju, seperti Italia, Singapura, Korea Selatan, Spanyol, dan Selandia Baru.
Dari Fiat hingga Juventus
Selain menumpuk harta di negeri sendiri, keluarga Khadafi juga membenam uang di banyak negara. Mereka menguasai sejumlah perusahaan strategis, salah satunya adalah Otoritas Investasi Libya (LIA), yang nilai asetnya sekitar US$70 miliar.
Menurut harian The Telegraph, otoritas itu merupakan kendaraan utama bagi Khadafi dan keluarga dalam mengeruk kekayaan. Sebut saja sebagai "Khadafi Inc." Raksasa LIA itu menampung semua pemasukan dari investor asing di sektor minyak dan gas, yang deras mengalir lima tahun belakangan.
Dari penampungan itu, uang diputar ke sejumlah sektor usaha. Dari pertanian, real estat, infrasturktur, minyak dan gas bumi. Sebagian uang itu dibenam di pasar saham dan obligasi.
Perusahaan ini merambah jauh hingga sejumlah negara di Eropa. Terutama rekan bisnis mereka seperti Italia, Inggris, dan Amerika Serikat. LIA memiliki saham di sejumlah perusahaan Italia, diantaranya Eni, Fiat, Bank Unicredit, dan Finnmeccanica.
Lewat perusahaan perantara, Lafico, perusahaan yang dikendalikan kroni Khadafi itu, membeli 7,5 persen saham klub sepakbola Italia, Juventus senilai US$21 juta. Pada Juli 2008, LIA membeli saham Fortis, yaitu bank patungan milik Belanda dan Belgia, yang saat itu sangat memerlukan dana.
Di Inggris, perusahaan itu memiliki aset sedikitnya 1 miliar poundsterling. Dari jumlah itu sekitar 300 juta poundsterling masuk bisnis properti di London dan memiliki 3,01 persen saham di grup perusahaan Pearson, pemilik surat kabar The Financial Times.
Di Spanyol, Khadafi dan keluarga memiliki lahan seluas 6.000 hektar di Bennahavis, Spanyol. Lahan itu rencananya untuk membangun 1.915 unit rumah, satu lapangan golf, dan balai sidang.
Selain itu, keluarga Khadafi memiliki sejumlah rekening bank di Swiss dengan jumlah sekitar US$5 miliar. Bukan itu saja, keluarga Khadafi diduga menyimpan uang di ejumlah lembaga keuangan Austria dengan nilai sekitar US$1,6 miliar.
Repotnya , sebagian besar rakyat justru tidak menikmati kejayaan itu. Kemakmuran hanya milik segelintir warga, Khadafi sekeluarga berikut kroni-kroninya. Dan Khadafi menutup rapat semua ketimpangan itu.
Lembaga-lembaga internasional dalam dua tahun terakhir kesulitan mendata tingkat kemiskinan di Libya karena ketatnya pengawasan rezim Khadafi.
Namun, suatu harian lokal di Libya, Oea, pada 2009 mengungkapkan bahwa tingkat pengangguran di Libya saat itu sudah mencapai 20,74 persen. Selain itu, menurut Oea, lebih dari 16 persen dari 886.978 keluarga di Libya tidak memiliki penghasilan yang tetap. Tidak hanya itu, lebih dari 33.000 keluarga di seluruh negeri itu diketahui tidak memiliki tempat tinggal tetap.
Kini Khadafi terkurung oleh harta yang dihimpun selama 40 tahun itu.Di tengah kesulitan ekonomi yang menghimpit, puluhan ribuan rakyat turun ke jalan. Menuntut Khadafi mundur. Vila mewah yang menghadap Laut Tengah di Al-Bayda itu dijarah massa. Sejumlah aset lain dirusak dan dibakar.
Para musuh itu sudah menguasai sejumlah kota besar. Mereka sedang merangsek menuju jantung kekuasaan Khadafi, Tripoli. Bahkan di timur ibu negeri itu, rakyat dan para serdadu yang membelot siaga berperang. Mereka mengendarai tank, bersenjata lengkap dan memanggul roket. Yang ini roket tempur, bukan mobil mewah.
vivanews.com
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bahasa yang baik dan sopan.