Gelombang demonstrasi di Mesir sejak 25 Januari 2011 mencatat sejarah baru bagi negara tersebut, yaitu banyaknya pemrotes pemula. Bahkan, tidak sedikit pemrotes yang mengajak anak-anak untuk berunjuk rasa, menuntut mundurnya Presiden Hosni Mubarak dari kekuasaan.
Menurut stasiun berita Al Jazeera, para demonstran kembali berkumpul pada Selasa sore, 8 Februari 2011 di Lapangan Tahrir, Kairo. Sekelompok demonstran juga terlihat berdemo di depan gedung parlemen. Di Alexandria, puluhan ribu orang juga menggelar demonstrasi serupa. Para demonstran ini bahkan menggelar tenda di berbagai lokasi demonstrasi tersebut.
Menurut laporan koresponden Al Jazeera di Kairo, beberapa demonstran baru pertama kali itu mengikuti demo menuntut Mubarak mundur. Mereka mengaku ikut turun ke lapangan setelah terinspirasi oleh aksi seorang eksekutif Google asal Mesir, Wael Ghonim. Berusia 30 tahun, Ghonim dibebaskan polisi pada Senin kemarin setelah 12 hari dipenjara.
Ghonim adalah tokoh dibalik grup di facebook bernama “Kami semua adalah Khaled Said”. Grup ini disebut-sebut telah membantu menggalang kekuatan dan pengumpulan massa.
“Saya datang ke sini untuk pertama kali karena kabinet telah gagal, Mubarak masih mempekerjakan orang-orang lama. Dia tidak yakin bahwa ini telah berakhir. Dia sangat keras kepala,” ujar Afaf Naged, mantan anggota komisaris Bank Nasional Mesir.
“Saya juga datang kemari karena Wael Ghonim. Dia benar ketika mengatakan partai Mubarak, NDP (Partai Nasional Demokratis) telah tamat. Tidak ada lagi partai, namun mereka tidak mau mengakuinya,” lanjutnya lagi.
Seorang wanita, Fifi Shawqi, 33, juga baru kali pertama ini ikut berdemo. Dia membawa serta ketiga anaknya dalam demonstrasi yang diikuti oleh semua lapisan tersebut. Shawqi juga mengaku tergerak oleh pernyataan Ghonim selepasnya dari penjara. Kala itu, Ghonim menyatakan sedih atas korban tewas dan dia mengatakan cinta Mesir.
“Saya menangis. Saya merasa dia dan semua pemuda disini seperti anak saya sendiri,” ujar Shawqi.
Ghonim sempat berorasi di hadapan puluhan ribu demontrasi di Lapangan Tahrir kemarin. Pidato ini langsung mendapatkan respon positif dan membakar semangat para demonstran.
“Negara ini, saya katakan sejak dulu, negara ini adalah negara kita, dan semua orang berhak atas negara ini. Kalian punya suara di negara ini. Ini bukan saatnya untuk beradu pandangan, faksi atau ideologi. Ini waktunya bagi kita untuk mengatakan satu hal ‘Mesir di atas segalanya’,” ujar Ghonim.
Menurut Duta Besar Mesir untuk Indonesia, Ahmed El Kewaisny, sekitar 40 persen dari total populasi di Mesir berusia di bawah 26 tahun. Tidak mengherankan bila banyak kaum muda belia ikut gelombang demonstrasi.
Sementara itu, Mubarak tetap menolak untuk memenuhi tuntutan para demonstran untuk turun. Presiden yang sudah berusia 82 tahun itu mengatakan akan menghabiskan masa jabatannya hingga pemilu September mendatang.
Langkah terakhir untuk menenangkan massa, Mubarak membentuk komite reformasi pada Selasa untuk merancang amandemen konstitusi yang mengatur kriteria presiden dan masa jabatan presiden.
vivanews.com
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bahasa yang baik dan sopan.