Indonesia dipandang negara muslim yang sukses dalam masa transisi.
Amerika Serikat membandingkan tumbangnya rezim Hosni Mubarak Jumat, 11 Februari 2011 dengan kejatuhan Soeharto 1998 lalu. Sebelumnya, Gedung Putih memang telah meramalkan bagaimana hasil akhir pergolakan di Mesir.
Seperti dilansir dari laman The Wall Street Journal, Jumat, pemerintah AS menggunakan pergolakan di Indonesia pada medio ‘98 sebagai model transisi kekuasaan yang sukses di negara mayoritas Muslim. Beberapa ahli kebijakan luar negeri dikerahkan untuk memutar otak, apa yang membuat Indonesia tidak jatuh ke tangan para tokoh Islam, namun tetap sekuler dengan dukungan dari militernya.
Menurut seorang pejabat Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya, revolusi di Indonesia juga dikenal telah berhasil membuka sistem politik dan ekonomi yang paling transparan di Asia Tenggara. Pertanyaan utama dalam hal ini bagaimana Indonesia berhasil menyeimbangkan peran Islam dan kelanjutan peran militer di pemerintahan.
Seperti diketahui, gerakan Ikhwanul Muslimin (IM), memiliki peran yang sangat besar dalam revolusi Mesir. Dibandingkan dengan peran IM di Indonesia, yang sangat kecil pada reformasi 1998. Hal ini menimbulkan ketakutan di berbagai kalangan di AS bahwa Mesir bisa saja menjadi negara Islam seperti Iran dengan Revolusi 1979nya.
“Saya sangat khawatir mengenai keberadaan Ikhwanul Muslimin. Saya kira mereka tidak moderat, tapi ektremis,” ujar Senator AS John McCain pada suatu kesempatan.
Karen Brooks, ahli politik luar negeri yang membantu mengamati Indonesia pada pemerintahan Clinton dan Bush, mengatakan bahwa pemerintahan Indonesia berhasil berkembang menjadi negara sekuler dengan sedikit sekali pengaruh dari politik Islam. Hal ini ujar Brooks, adalah karena pemilu selanjutnya dilakukan setahun setelah penggulingan Soeharto, sehingga partai sekuler mempunyai waktu untuk berkembang.
“Tiga puluh tahun menuju transformasi demokratis Indonesia, partai Islam terlihat kesulitan untuk mengumpulkan suara mayoritas,” ujar Brooks.
Untuk kasus Mesir, IM berkembang pesat dan merupakan partai satu-satunya yang telah menyiapkan kampanye untuk pemilu selanjutnya. Hal ini membuat AS khawatir akan menjadikan momentum revolusi sebagai titik kemenangan partai ini.
Masa depan Mesir selanjutnya masih samar, namun pertaruhannya bagi perdamaian di regional dan global sangat besar. Presiden Barack Obama pada pidatonya, dilansir dari laman ABC News, menyusul mundurnya Mubarak mengatakan bahwa ini adalah pertanyaan yang tidak bisa dijawab saat sekarang.
“Ini adalah awal. Saya yakin akan ada hari-hari berat kedepan, dan banyak pertanyaan yang masih belum bisa dijawab,” ujar Obama.
Seperti dilansir dari laman The Wall Street Journal, Jumat, pemerintah AS menggunakan pergolakan di Indonesia pada medio ‘98 sebagai model transisi kekuasaan yang sukses di negara mayoritas Muslim. Beberapa ahli kebijakan luar negeri dikerahkan untuk memutar otak, apa yang membuat Indonesia tidak jatuh ke tangan para tokoh Islam, namun tetap sekuler dengan dukungan dari militernya.
Menurut seorang pejabat Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya, revolusi di Indonesia juga dikenal telah berhasil membuka sistem politik dan ekonomi yang paling transparan di Asia Tenggara. Pertanyaan utama dalam hal ini bagaimana Indonesia berhasil menyeimbangkan peran Islam dan kelanjutan peran militer di pemerintahan.
Seperti diketahui, gerakan Ikhwanul Muslimin (IM), memiliki peran yang sangat besar dalam revolusi Mesir. Dibandingkan dengan peran IM di Indonesia, yang sangat kecil pada reformasi 1998. Hal ini menimbulkan ketakutan di berbagai kalangan di AS bahwa Mesir bisa saja menjadi negara Islam seperti Iran dengan Revolusi 1979nya.
“Saya sangat khawatir mengenai keberadaan Ikhwanul Muslimin. Saya kira mereka tidak moderat, tapi ektremis,” ujar Senator AS John McCain pada suatu kesempatan.
Karen Brooks, ahli politik luar negeri yang membantu mengamati Indonesia pada pemerintahan Clinton dan Bush, mengatakan bahwa pemerintahan Indonesia berhasil berkembang menjadi negara sekuler dengan sedikit sekali pengaruh dari politik Islam. Hal ini ujar Brooks, adalah karena pemilu selanjutnya dilakukan setahun setelah penggulingan Soeharto, sehingga partai sekuler mempunyai waktu untuk berkembang.
“Tiga puluh tahun menuju transformasi demokratis Indonesia, partai Islam terlihat kesulitan untuk mengumpulkan suara mayoritas,” ujar Brooks.
Untuk kasus Mesir, IM berkembang pesat dan merupakan partai satu-satunya yang telah menyiapkan kampanye untuk pemilu selanjutnya. Hal ini membuat AS khawatir akan menjadikan momentum revolusi sebagai titik kemenangan partai ini.
Masa depan Mesir selanjutnya masih samar, namun pertaruhannya bagi perdamaian di regional dan global sangat besar. Presiden Barack Obama pada pidatonya, dilansir dari laman ABC News, menyusul mundurnya Mubarak mengatakan bahwa ini adalah pertanyaan yang tidak bisa dijawab saat sekarang.
“Ini adalah awal. Saya yakin akan ada hari-hari berat kedepan, dan banyak pertanyaan yang masih belum bisa dijawab,” ujar Obama.
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bahasa yang baik dan sopan.