Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen, dengan percaya diri, Minggu (8/5/2011), menyatakan, pemimpin Libya, Moammar Khadafy tinggal menghitung hari. Namun Rasmussen tidak bisa memperkirakan
berapa lama lagi misi NATO berlangsung untuk melindungi warga sipil Libya yang terkepung.
"Permainan sudah berakhir bagi Khadafy," kata Rasmussen kepada CNN. "Dia harus menyadari lebih
awal daripada (menyesal) kemudian bahwa tidak ada masa depan untuk dia atau rezimnya."
Rasmussen, mantan perdana menteri Denmark, percaya bahwa Khadafy akan tersingkir dari kekuasaan di tengah angin perubahan yang tengah melanda Afrika Utara dan Timur Tengah, serta langkah-langkah militer yang dramatis di Afganistan dan Pakistan. "Minggu ini kita telah melihat pukulan besar terhadap Al Qaeda dan visi jahat Osama bin Laden. Dan di Afghanistan, Taliban berada di bawah tekanan di mana-mana, jadi pada dasarnya Saya sangat optimis," katanya merujuk pada peristiwa tewasnya Osama oleh pasukan khusus AS, Navy SEAL, Senin dini hari pekan lalu di Pakistan.
NATO tengah melaksanakan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan perlindungan terhadap warga sipil dari rezim Khadafy dengan segala cara yang diperlukan, dan sejak tanggal 31 Maret, pesawat-pesawat NATO telah menyasar target-target milik rezim Khadafy di seluruh negeri itu. Berdasarkan perkembangan harian terbaru dari operasi NATO di Libya, pesawat NATO menyerang beberapa sasaran kemarin, termasuk sebuah situs penyimpanan amunisi di kawasan Zintan, sejumlah tank di Misrata dan Ajdabiya, sejumlah kendaraan militer di Al Brega, dan kompleks bangunan kantor pusat dan amunisi serta fasilitas penyimpanan kendaraan di Hun, selatan Sirte.
Ada asumsi luas di kalangan para ahli bahwa konflik antara kekuatan pro dan anti Khadafy akan menjadi sebuah jalan buntu selama beberapa waktu. Ketika Rasmussen ditanya, kapan operasi NATO akan selesai, ia hanya bisa berkata, "Kami telah menetapkan tiga tujuan militer yang sangat jelas. Pertama, mengakhiri semua serangan terhadap warga sipil. Kedua, akses bebas dan tanpa hambatan dan segera untuk bantuan kemanusiaan. Ketiga, penarikan pasukan militer Khadafy dan pasukan paramiliter ke pangkalan dan barak mereka. Ketika tujuan ini terpenuhi, misi kami tercapai. "
Dia mengatakan, sulit untuk membayangkan serangan yang kelewat batas dan sistematis oleh kekuatan-kekuatan pro Khadafy terhadap rakyat Libya bisa berhenti selama Khadafy tetap berkuasa. Menurut dia, harus ada sebuah solusi politik, dan bukan militer, dengan sebuah "transisi damai menuju demokrasi" saat Khadafy turun dari kekuasaan.
Namun, konflik terus mengamuk Libya. Kantor berita Tunisia, Minggu, melaporkan, 50 orang terluka ketika pasukan pemerintah dan pemberontak bentrok di dekat perbatasan Tunisia-Libya, Sabtu. Pasukan Khadafy, Sabtu, juga mengebom depot bahan bakar utama di kota yang terkepung, Misrata, dan menghancurkan enam kontainer dan menyebabkan kebakaran hebat, kata seorang juru bicara pemberontak.
kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bahasa yang baik dan sopan.